Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Perbedaan antara balita normal dengan yang stunting terlihat dari sisi tinggi badan. Balita stunting terlihat lebih pendek dari balita seusianya. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang selama kehidupan mereka.
Stunting merupakan ancaman terhadap kualitas anak-anak kita, termasuk daya saing mereka saat dewasa. Hal ini dikarenakan anak stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya yang pendek atau kerdil saja, namun terganggu perkembangan otaknya juga. Hal ini tentu akan sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi anak di sekolah, produktivitas dan kreativitas mereka di usia-usia produktif.
Bayak hal yang dapat memengaruhi terjadinya stunting pada anak, termasuk status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.
Sebagai orang tua yang cinta akan penerus generasi, sang buah hati, tentunya tidak menghendaki kondisi sebagaimana yang disebutkan di atas. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui langkah-langka pencegahan terhadap kejadian stunting pada anak.
Berikut ini 10 tips untuk mencegah terjadinya stunting pada anak:
Ibu hamil makan lebih banyak dari biasanya
Ibu hamil perlu makan lebih banyak dari biasanya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sedang dikandung. Selama kehamilan, tubuh ibu memerlukan lebih banyak nutrisi dan kalori untuk memenuhi kebutuhan bayi yang berkembang di dalam rahim.
Namun, tidak semua makanan sama-sama bergizi. Oleh karena itu, penting untuk memilih makanan yang seimbang dan bergizi untuk memastikan kecukupan asupan nutrisi yang dibutuhkan ibu dan bayi. Makanan yang seimbang dan bergizi mencakup protein, lemak sehat, karbohidrat kompleks, serat, vitamin, dan mineral. Buah-buahan, sayuran dan lauk pauk perlu banyak dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan.
Mengonsumsi tablet tambah darah.
Konsumsi tablet tambah darah perlu dilakukan selama kehamilan dan dilanjutkan sampai dengan masa nifas untuk mencegah anemia dan menjaga sistem ketahanan tubuh. Mengonsumsi tablet tambah darah dapat meningkatkan jumlah sel darah merah dalam tubuh. Kekurangan sel darah merah atau anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, dan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah atau prematur.
Melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). ASI yang muncul pertam kali setelah persalinan banyak mengandung kolostrum yang sangat bermanfaat untuk bayi. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yang kaya akan daya tahan tubuh dan ketahanan terhadap infeksi.
Atasi kekurangan iodium.
Iodium adalah mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk produksi hormon tiroid. Hormon tiroid ini sangat penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf bayi dalam kandungan.
Kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, cacat lahir, dan rendahnya IQ pada anak. Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsumsi garam beryodium untuk mencegah kekurangan iodium pada ibu hamil.
ASI Eksklusif 0-6 Bulan.
ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif adalah pemberian ASI secara penuh tanpa memberikan makanan atau minuman lain kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Bayi pada usia di bawah 6 bulan sebaiknya hanya diberikan ASI Eksklusif dan tidak diberikan makanan atau minuman lain karena sistem pencernaan bayi pada usia tersebut belum siap untuk mencerna makanan padat atau minuman selain ASI. Selain itu, ASI sudah memenuhi semua kebutuhan gizi dan nutrisi bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Pemberian ASI hingga 23 bulan didampingi MP-ASI
ASI terus diberikan selagi bayi masih mau menyusu, setelah 6 bulan bayi perlu mendapatkan Makanan Pendamping ASI. Memberikan ASI selama 2 tahun atau lebih direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena ASI memiliki banyak manfaat kesehatan yang penting bagi bayi dan anak kecil. Saat bayi mencapai usia 6 bulan, pemberian MP-ASI dapat diperkenalkan sebagai tambahan ASI. Pemberian ASI bersamaan dengan MP-ASI hingga usia 2 tahun disarankan untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dan melindungi kesehatannya.
Menanggulangi kecacingan.
Kecacingan atau infeksi cacing usus dapat memengaruhi status gizi dan pertumbuhan anak, termasuk meningkatkan risiko terjadinya stunting atau keterlambatan pertumbuhan. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan alas kaki ketika berada di luar rumah. Hal ini dapat membantu menghindari terjadinya kecacingan.
Memberikan imunisasi dasar lengkap.
Pemberian imunisasi dasar lengkap dapat membantu mencegah infeksi yang dapat menghambat pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Imunisasi dasar lengkap menjadikan anak tetap sehat untuk dirinya dan lingkungannya. Imunisasi dasar meliputi: Hepatitis B (HB), Pliomyelitis (Polio dan IPV), Tuberculosis (BCG), Difteri (DPT), Pertusis (DPT), Tetanus (DPT), Pneumonia dan Meningitis (Hib), dan Campak.
Akses terhadap air bersih
Pastikan bahwa keluarga memiliki akses terhadap air bersih untuk menghindari terjadinya berbagai penyakit. Penyakit berbasis lingkungan diketahui memiliki pengaruh terhadap terjadinya stunting pada anak. Pastikan bahwa sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak. Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, bibir sumur dan dinding sumur harus diplester dan sumur ditutup. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah menimal 10 meter.
Gunakan selalu jamban sehat.
Jamban yang tidak sehat dapat menjadi sumber penularan penyakit. Oleh karena itu, ketersediaan jamban yang sehat menjadi sangat penting untuk menghindari penularan penyakit tersebut. Yang harus dilakukan adalah mengupayakan agar jamban tidak mencemari sumber air dan tanah, lingkungan sekitar jamban harus bersih, sehat dan tidak berbau serta tidak mengandung lalat/kecoa/serangga yang dapat menularkan penyakit.