Difteri di Indonesia terjadi hampir setiap tahun dan pernah ditetapkan sebagai KLB oleh Kementrian Kesehatan RI pada bulan Desember 2017. WHO sendiri mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan kasus Difteri tertinggi kedua di dunia setelah India.
Untuk memahami lebih jelasnya tentang difteri dapat anda baca pada tulisan kami sebelumnnya tentang "Difteri: Definisi, Penyebab dan Gambaran Klinis".
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular. Penularannya melalui udara dan melalui media-media yang terkontaminasi bakteri Corynebacterium.
Pencegahan difteri hanya dapat dilakukan dengan cara memberikan imunisasi sebanyak kurang lebih 5 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 4 - 6 tahun.
Kejadian difteri di Indonesia fluktuatif. Berdasarkan catatan Kementrian Kesehatan, Difteri sempat hilang pada tahun 1990 dan muncul kembali pada tahun 2009. Pada tahun 2013, kasus difteri sudah tidak ditemukan lagi kemudian muncul kembali dan menjadi KLB pada tahun 2017.
Berbeda dengan data WHO, kasus difteri hampir terus tercatat di Indonesia, setiap tahun sejak 2010 sampai 2017. Hanya pada tahun 2015 saja, WHO tidak mencatat adanya kasus difteri. Dalam waktu 1980-1989, setidaknya 19.686 kasus difteri yang dilaporkan. Sementara, pada kurun waktu 1990-1999, jumlah kasus difteri turun menjadi 9.459. Angka itu terus berkurang pada periode 2000-2009, dilaporkan sekitar 2.329 kasus difteri dan meningkat pada tahhun 2017.
Terjadinya KLB difteri saat itu disebabkan oleh banyak faktor, namun dua hal yang menjadi sorotan utama oleh peneliti Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kemenkes, Kambang Sariadji, di The Conversation adalah:
Ketika terjadinya KLB pada tahun 2017, Kementrian kesehatan telah melakukan imunisasi ulang atau Outbreak Response Immunization (ORI) dibeberapa provinsi yang menghabiskan dana sekitar 1,4 triliun rupiah.
Mengingat difteri merupakan penyakit mematikan dan sangat mudah menyebar atau menular, maka sudah sepantasnya kita sebagai masyarakat berupaya menghindari terjadinya difteri.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Salah satu langkah tepat yang harus kita lakukan untuk menghindari terjadinya difteri dan meredam penularan penyakit tersebut adalah dengan memberikan imunisasi lengkap kepada anak kita.
Imunisasi yang diperlukan untuk mencegah penyakit tersebut berupa vaksin DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) sebanyak kurang lebih 5 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 4 - 6 tahun.
Bagi anak umur 7 tahun keatas dapat diberikan vaksin Td/Tdap yang diulang setiap 10 tahun sekali. Pemberian ini termasuk pada orang dewasa.
Untuk mendapatkan imunisasi ini, kita dapat memperolehnya pada petugas kesehatan dengan mengunjungi posyandu terdekat dan meminta penjelasan dari petugas tersebut.
Demikian informasi yang dapat kami bagikan, semoga dapat bermanfaat. Untuk mendapatkan update informasi dari Mitra Kesmas, silakan berlangganan melalui kolom BERLANGGANAN yang kami sediakan dibawah, jangan lupa konfirmasi melalui email yang kami kirimkan kepada anda.
Untuk memahami lebih jelasnya tentang difteri dapat anda baca pada tulisan kami sebelumnnya tentang "Difteri: Definisi, Penyebab dan Gambaran Klinis".
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular. Penularannya melalui udara dan melalui media-media yang terkontaminasi bakteri Corynebacterium.
Pencegahan difteri hanya dapat dilakukan dengan cara memberikan imunisasi sebanyak kurang lebih 5 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 4 - 6 tahun.
Kejadian Difteri Di Indonesia
Kejadian difteri di Indonesia fluktuatif. Berdasarkan catatan Kementrian Kesehatan, Difteri sempat hilang pada tahun 1990 dan muncul kembali pada tahun 2009. Pada tahun 2013, kasus difteri sudah tidak ditemukan lagi kemudian muncul kembali dan menjadi KLB pada tahun 2017.
Berbeda dengan data WHO, kasus difteri hampir terus tercatat di Indonesia, setiap tahun sejak 2010 sampai 2017. Hanya pada tahun 2015 saja, WHO tidak mencatat adanya kasus difteri. Dalam waktu 1980-1989, setidaknya 19.686 kasus difteri yang dilaporkan. Sementara, pada kurun waktu 1990-1999, jumlah kasus difteri turun menjadi 9.459. Angka itu terus berkurang pada periode 2000-2009, dilaporkan sekitar 2.329 kasus difteri dan meningkat pada tahhun 2017.
Terjadinya KLB difteri saat itu disebabkan oleh banyak faktor, namun dua hal yang menjadi sorotan utama oleh peneliti Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kemenkes, Kambang Sariadji, di The Conversation adalah:
- Vaksin anti difteri belum diberikan menyeluruh kepada anak Indonesia (baru mencapai 75%); dan
- Menurunnya tingkat keampuhan antibiotik untuk melawan difteri.
Ketika terjadinya KLB pada tahun 2017, Kementrian kesehatan telah melakukan imunisasi ulang atau Outbreak Response Immunization (ORI) dibeberapa provinsi yang menghabiskan dana sekitar 1,4 triliun rupiah.
Difteri Di Indonesia |
Langkah Bijak Mengatasi Difteri
Mengingat difteri merupakan penyakit mematikan dan sangat mudah menyebar atau menular, maka sudah sepantasnya kita sebagai masyarakat berupaya menghindari terjadinya difteri.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Salah satu langkah tepat yang harus kita lakukan untuk menghindari terjadinya difteri dan meredam penularan penyakit tersebut adalah dengan memberikan imunisasi lengkap kepada anak kita.
Imunisasi yang diperlukan untuk mencegah penyakit tersebut berupa vaksin DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) sebanyak kurang lebih 5 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan 4 - 6 tahun.
Bagi anak umur 7 tahun keatas dapat diberikan vaksin Td/Tdap yang diulang setiap 10 tahun sekali. Pemberian ini termasuk pada orang dewasa.
Untuk mendapatkan imunisasi ini, kita dapat memperolehnya pada petugas kesehatan dengan mengunjungi posyandu terdekat dan meminta penjelasan dari petugas tersebut.
Demikian informasi yang dapat kami bagikan, semoga dapat bermanfaat. Untuk mendapatkan update informasi dari Mitra Kesmas, silakan berlangganan melalui kolom BERLANGGANAN yang kami sediakan dibawah, jangan lupa konfirmasi melalui email yang kami kirimkan kepada anda.