Pembahasan keracunan makanan dan insektisida pada artikel ini dibagi menjadi beberapa jenis keracunan yang akan dibahas satu persatu. Sebelumnya kami telah membahas materi terkait yang berjudul Tanda-tanda Keracunan Makanan dan Pertolongan Pertama pada Keracunan.
Beberapa jenis keracunan yang menjadi pembahasan pada kali ini yaitu: Botulismus, Keracunan Bongkrek, Keracunan Insektisida, Keracunan Jengkol, dan Keracunan Singkong.
Penyebab terjadinya botulismus adalah karena makanan yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum.
Gambaran klinik klinis botulismus adalah sebagai berikut:
Penyebab keracunan tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal juga sebagai bakteri asam bongkrek. Toksin tersebut dihasilkan dalam media yang mengandung ampas kelapa.
Gambaran Klinis terjadinya keracunan tempe bongkrek adalah:
Masih terdapat jenis pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan golongan ini jarang terjadi. Penatalaksanaannya dapat dilihat dalam “ Pedoman Pengobatan Keracunan Pestisida” yang diterbitkan oleh Bagian Farmakologi FKUI.
Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan nikotinik.
Gejala klinis keracunan pestisida golongan organofosfat pada:
Penyebabnya keracunan ini adalah disebabkan oleh pestisida golongan organoklorin
Gambaran klinis keracunan golongan organoklorin adalah:
Keracunan ini disebabkan oleh adanya Asam Jengkolat.
Gambaran Klinis terjadinya keracunan jengkol adalah:
Penyebabnya adalah karena adanya sianida (HCN).
Gambaran Klinis bila terjadi keracunan singkong adalah:
Beberapa jenis keracunan yang menjadi pembahasan pada kali ini yaitu: Botulismus, Keracunan Bongkrek, Keracunan Insektisida, Keracunan Jengkol, dan Keracunan Singkong.
Botulismus
Botulismus merupakan keracunan akibat makanan (tidak selalu makanan kaleng) yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum. Keracunan ini ditandai oleh kelainan neuromuskuler, jarang terjadi diare. Kematian sekitar 65%.Penyebab terjadinya botulismus adalah karena makanan yang tercemar toksin yang dihasilkan oleh C.botulinum.
Gambaran klinik klinis botulismus adalah sebagai berikut:
- Inkubasi penyakit ini kira-kira 18 – 36 jam, namun dapat beragam dari beberapa jam sampai 3 hari.
- Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan.
- Diare lebih sering tidak ada.
- Gejala neurologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan pneumonia aspirasi.
- Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
- Sementara itu daya rasa (sensoris) tetap baik, dan suhu tidak meningkat.
- Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah poliomielitis, miastemia gravis, dan ensefalitis virus.
Keracunan Tempe Bongkrek
Racun bongkrek dihasilkan oleh Bacillus cocovenevans, yaitu kuman yang tumbuh dari bongkrek yang diproses kurang baik. Pertumbuhan kuman ini dapat dihambat oleh suasana asam (diolah dengan daun calincing).Penyebab keracunan tempe bongkrek disebabkan oleh toksoflavin dan asam bongkrek yang dihasilkan oleh Pseudomonas cocovenans yang dikenal juga sebagai bakteri asam bongkrek. Toksin tersebut dihasilkan dalam media yang mengandung ampas kelapa.
Gambaran Klinis terjadinya keracunan tempe bongkrek adalah:
- Gejala timbul 4 – 6 jam setelah makan tempe bongkrek yaitu berupa mual dan muntah.
- Penderita mengeluh sakit perut, sakit kepala dan melihat ganda (diplopia).
- Penderita lemah, gelisah dan berkeringat dingin kadang disertai gejala syok.
- Pada hari ke-3 sklera menguning, pembesaran hati dan urin keruh dengan protein (+).
Keracunan Makanan dan Insektisida |
Keracunan Insektisida
Semua insektisida bentuk cair dapat diserap melalui kulit dan usus dengan sempurna. Jenis yang paling sering menimbulkan keracunan di Indonesia adalah golongan organofosfat dan organoklorin. Golongan karbamat efeknya mirip efek organofosfat, tetapi jarang menimbulkan kasus keracunan.Masih terdapat jenis pestisida lain seperti racun tikus (antikoagulan dan seng fosfit) dan herbisida (parakuat) yang juga sangat toksik. Kasus keracunan golongan ini jarang terjadi. Penatalaksanaannya dapat dilihat dalam “ Pedoman Pengobatan Keracunan Pestisida” yang diterbitkan oleh Bagian Farmakologi FKUI.
a. Keracunan Golongan Organofosfat
Golongan organofosfat bekerja selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. Golongan organofosfat bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa.Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan nikotinik.
Gejala klinis keracunan pestisida golongan organofosfat pada:
- Mata; pupil mengecil dan penglihatan kabur
- Pengeluaran cairan tubuh; pengeluaran keringat meningkat, lakrimasi, salviasi dan juga sekresi bronchial.
- Saluran cerna; mual, muntah, diare dan sakit perut.
- Saluran napas; batuk, bersin, dispnea dan dada sesak.
- Kardiovaskular; bradikardia dan hipotensi.
- Sistem saraf pusat; sakit kepala, bingung, berbicara tidak jelas, ataksia, demam, konvulsi dan koma.
- Otot-otot; lemah, fascikulasi dan kram.
- Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain edema paru, pernapasan berhenti, blockade atrioventrikuler dan konvulsi.
b. Keracunan Golongan Organoklorin
Pestisida golongan organoklorin pada umumnya merupakan racun perut dan racun kontak yang efektif terhadap larva, serangga dewasa dan kadang-kadang juga terhadap kepompong dan telurnya. Penggunaan pestisida golongan organoklorin makin berkurang karena pada penggunaan dalam waktu lama residunya persisten dalam tanah, tubuh hewan dan jaringan tanaman.Penyebabnya keracunan ini adalah disebabkan oleh pestisida golongan organoklorin
Gambaran klinis keracunan golongan organoklorin adalah:
- Gejala keracunan turunan halobenzen dan analog, terutama muntah, tremor dan konvulsi.
- Pada keracunan akut melalui mulut disebabkan oleh 5 g DDT akan menyebabkan muntah-muntah berat setelah 0,5 – 1 jam, selain kelemahan dan mati rasa pada anggota badan yang terjadi secara bertahap, rasa takut, tegang dan diare juga dapat terjadi.
- Dengan 20 g DDT dalam waktu 8 – 12 jam kelopak mata akan bergerak-gerak disetai tremor otot mulai dari kepal dan leher, selanjutnya konvulsi klonik kaki dan tangan seperti gejala keracunan pada strichnin. Nadi normal, pernapasan mula-mula cepat kemudian perlahan.
Keracunan Jengkol
Keracunan akibat terjadinya pengendapan kristal asam jengkol di saluran kemih. Ciri orang yang rentan pengendapan kristal asam jengkol ini belum dapat ditentukan.Keracunan ini disebabkan oleh adanya Asam Jengkolat.
Gambaran Klinis terjadinya keracunan jengkol adalah:
- Bau khas jengkol tercium dari mulut dan urin penderita.
- Timbul kolik ginjal seperti pada batu ginjal.
- Penderita mengeluh nyeri sewaktu buang air kecil.
- Urin penderita merah karena darah (hematuria). Secara mikroskopis, selain eritrosit tampak kristal asam jengkol seperti jarum.
- Dalam keadaan berat terdapat anuria dan mungkin penderita pingsan karena menahan sakit.
Keracunan Singkong
Beberapa jenis singkong mengandung cukup banyak sianida yang mungkin menimbulkan keracunan. Tanpa analisa kandungan sianida tidak dapat dipastikan singkong mana yang berbahaya bila dimakan kecuali dari rasanya.Penyebabnya adalah karena adanya sianida (HCN).
Gambaran Klinis bila terjadi keracunan singkong adalah:
- Tanda keracunan timbul akut kira-kira setengah jam setelah makan singkong beracun.
- Gejala berawal dengan pusing dan muntah.
- Dalam keadaan yang berat penderita sesak napas dan pingsan.
- Bibir, kuku, kemudian muka dan kulit berwarna kebiruan (sianosis). Sianosis perlu dibedakan dengan methaemoglobinemia yang timbul karena keracunan sulfa, DDS, nitrat atau nitrit, yang memerlukan pengobatan lain (metilen-biru)