Sebelum melakukan intervensi terhadap suatu masalah, kita perlu menentukan prioritas dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada. Hal ini untuk akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program kegiatan. Dalam tahapan ini kita akan menetapkan urutan prioritas dari yang paling prioritas pada nomor urut satu, dua, tiga dan seterusnya.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam penetapan prioritas pemecahan masalah, namun kali ini kami akan membagikan sebuah metode yang bernama metode Hanlon.
Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan prioritas pemecahan masalah menggunakan 4 kriteria, yaitu:
Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awalnya menggunakan curah pendapat (brain storming) dari anggota kelompok untuk menentukan nilai dan bobot.
Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi nilainya maka itulah prioritas pemecahan masalah.
Langkah-langkah untuk melaksanakan metoda ini adalah sebagai berikut:
Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah, misalnya:
Simulasi penetapan kriteria kelompok 1 dijelaskan sebagai berikut:
Anggota kelompok menyepakati interval dan nilai dari masing-masing interval pada faktor-faktor yang menentukan besarnya masalah. Sebagai contoh, lihat gambar berikut (interval dapat menyesuaikan):
Langkah selanjutnya adalah anggota kelompok menentukan angka-angka dari setiap masalah berdasarkan kolompok besarnya masalah. Perhatikan tabel berikut (untuk masalah A, B dan C):
Dengan membandingkan angka-anga yang ada pada kedua tabel tersebut, maka diperoleh nilai besar masalah sebagai berikut:
Langkah ini banyak menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai. Menentukan tingkat kegawatan lebih bersifat subjektif. Pada langkah ini, anggota kelompok menentukan tingkat kegawatan, misalnya dengan melihat faktor-faktor berikut ini:
Berdasarkan 3 faktor tersebut, anggota kelompok menentukan nilai dengan skala 0-10 lalu berikan nilai pada tiap masalah pada masing-masing faktor kegawatan. Perhatikan contoh pada tabel berikut:
Masing-masing anggota, misalnya jumlah anggota 6 orang memberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan penanggulangan masing-masing masalah.
Angka 1 berarti bahwa masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti bahwa masalah tersebut mudah dipecahkan. Kelompok menentukan kriteria berdasarkan kemampuan dan tersedianya sumberdaya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kriteria l=amat sulit 2=sulit 3=cukupsulit/cukupmudah 4=mudah 5=sangat mudah.
Contoh simulasi hasil konsensus yang dicapai pada langkah ini memberikan nilai rata-rata sebagai berikut:
Masalah A= 3+2+1+4+3+2+4 dibagi 6=19/6=3,17
Masalah B= 2+2+3+2+2+3+3 dibagi 6 =17/6=2,83
Masalah C= 3+4+5+3+3+5+4 dibagi 6 =27/6=4,5
Kelompok kriteria 4 terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor tersebut meliputi:
P=Kesesuaian (Appropriateness)
E=Secara ekonomi murah (Economicfeasibility)
A=Dapat diterima (Acceptability)
R=Tersedia sumber daya (Resourcesavailability)
L=Legalitas terjamin (Legality)
Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL.Tujuannya adalah untuk menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya dua yaitu ya atau tidak. Jawaban ya nilai 1 dan jawaban tidak nilainya 0. Dengan cara aklamasi atau voting maka tiap faktor dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk masing-masing masalah.
Contoh nilai PEARL, seperti pada gambar berikut:
Dengan mengalikan angka dalam kolom PEARL diperoieh nilai PEARL masalah C bernilai 0 dari hasil perhitungan. Hal ini disebabkan faktor tersedianya sumberdaya rnasih tanda tanya.
Langkah terakhir untuk menentukan prioritas masalah adalah dengan menetapkan Nilai Prioritas Total Setelah nilai ratarata kelompok 1, 2 dan 3 ditetapkan. Maka nilai rata-rata tersebut dimasukan dalam tabel untuk penetapan skor tertinggi. Skor tertinggi pada setiap pemecahan masalah akan menjadi prioritas masalah. Sebagai contoh, perhatikan tabel berikut:
Berdasarkan rekapitulasi nilai rata-rata dari ke empat kelompok kriteria yang ditetapkan maka prioritas 1 adalah pemecahan masalah A dan prioritas 2 adalah pemecahan masalah B dan pemecahan masalah C tidak dapat diintervensi karena dari nilai faktor PEARL tidak layak untuk dilaksanakan.
Demikianlah cara penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Menggunakan Metode Hanlon, semoga dapat bermanfaat.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam penetapan prioritas pemecahan masalah, namun kali ini kami akan membagikan sebuah metode yang bernama metode Hanlon.
Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan prioritas pemecahan masalah menggunakan 4 kriteria, yaitu:
- Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude)
- Kelompok kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness)
- Kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan penanggulangan masalah (causability)
- Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan istilah PEARL faktor
Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awalnya menggunakan curah pendapat (brain storming) dari anggota kelompok untuk menentukan nilai dan bobot.
Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi nilainya maka itulah prioritas pemecahan masalah.
Langkah-langkah untuk melaksanakan metoda ini adalah sebagai berikut:
Menetapkan Kriteria 1: Besarnya masalah (magnitude).
Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah, misalnya:
- Besarnya persentasi/prevalensi penduduk yang menderita langsung karena penyakit tersebut
- Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan perorang rata-rata perbulan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut
- Besarnya kerugian yang diderita.
Simulasi penetapan kriteria kelompok 1 dijelaskan sebagai berikut:
Anggota kelompok menyepakati interval dan nilai dari masing-masing interval pada faktor-faktor yang menentukan besarnya masalah. Sebagai contoh, lihat gambar berikut (interval dapat menyesuaikan):
Interval Besar Masalah |
Langkah selanjutnya adalah anggota kelompok menentukan angka-angka dari setiap masalah berdasarkan kolompok besarnya masalah. Perhatikan tabel berikut (untuk masalah A, B dan C):
Angka Besar Masalah |
Dengan membandingkan angka-anga yang ada pada kedua tabel tersebut, maka diperoleh nilai besar masalah sebagai berikut:
Nilai Besar Masalah |
Menetapkan kriteria 2: Tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness)
Langkah ini banyak menggunakan data kuantitatif untuk menentukan nilai. Menentukan tingkat kegawatan lebih bersifat subjektif. Pada langkah ini, anggota kelompok menentukan tingkat kegawatan, misalnya dengan melihat faktor-faktor berikut ini:
- Tingkat urgensinya
- Keeendrungannya
- Tingkat keganasannya.
Berdasarkan 3 faktor tersebut, anggota kelompok menentukan nilai dengan skala 0-10 lalu berikan nilai pada tiap masalah pada masing-masing faktor kegawatan. Perhatikan contoh pada tabel berikut:
Bobot Kegawatan Masalah |
Menetapkan kriteria 3: kemudahan penanggulangan masalah (causability)
Masing-masing anggota, misalnya jumlah anggota 6 orang memberikan nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan penanggulangan masing-masing masalah.
Angka 1 berarti bahwa masalah tersebut sulit ditanggulangi dan angka 5 berarti bahwa masalah tersebut mudah dipecahkan. Kelompok menentukan kriteria berdasarkan kemampuan dan tersedianya sumberdaya untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kriteria l=amat sulit 2=sulit 3=cukupsulit/cukupmudah 4=mudah 5=sangat mudah.
Contoh simulasi hasil konsensus yang dicapai pada langkah ini memberikan nilai rata-rata sebagai berikut:
Masalah A= 3+2+1+4+3+2+4 dibagi 6=19/6=3,17
Masalah B= 2+2+3+2+2+3+3 dibagi 6 =17/6=2,83
Masalah C= 3+4+5+3+3+5+4 dibagi 6 =27/6=4,5
Menetapkan kriteria 4: dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan PEARL faktor
Kelompok kriteria 4 terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor tersebut meliputi:
P=Kesesuaian (Appropriateness)
E=Secara ekonomi murah (Economicfeasibility)
A=Dapat diterima (Acceptability)
R=Tersedia sumber daya (Resourcesavailability)
L=Legalitas terjamin (Legality)
Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL.Tujuannya adalah untuk menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya dua yaitu ya atau tidak. Jawaban ya nilai 1 dan jawaban tidak nilainya 0. Dengan cara aklamasi atau voting maka tiap faktor dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk masing-masing masalah.
Contoh nilai PEARL, seperti pada gambar berikut:
Nilai PEARL |
Dengan mengalikan angka dalam kolom PEARL diperoieh nilai PEARL masalah C bernilai 0 dari hasil perhitungan. Hal ini disebabkan faktor tersedianya sumberdaya rnasih tanda tanya.
Langkah terakhir untuk menentukan prioritas masalah adalah dengan menetapkan Nilai Prioritas Total Setelah nilai ratarata kelompok 1, 2 dan 3 ditetapkan. Maka nilai rata-rata tersebut dimasukan dalam tabel untuk penetapan skor tertinggi. Skor tertinggi pada setiap pemecahan masalah akan menjadi prioritas masalah. Sebagai contoh, perhatikan tabel berikut:
Prioritas Masalah |
Berdasarkan rekapitulasi nilai rata-rata dari ke empat kelompok kriteria yang ditetapkan maka prioritas 1 adalah pemecahan masalah A dan prioritas 2 adalah pemecahan masalah B dan pemecahan masalah C tidak dapat diintervensi karena dari nilai faktor PEARL tidak layak untuk dilaksanakan.
Demikianlah cara penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Menggunakan Metode Hanlon, semoga dapat bermanfaat.
sangat bermanfaat
BalasHapusSangat membantu dalam mencari referensi
BalasHapussangat bagus
BalasHapus