Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer.
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia. Diperkirakan >30% penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di daerah tropis. Oleh karena itu anemia seringkali tidak mendapat perhatian oleh para dokter di klinik.
Dikalangan masyarakat pun masalah anemia sering terabaikan dan bahkan tidak dilihat sebagai masalah serius. Padahal, jika ditelusuri dampak dari anemia ternyata memberikan masalah yang kompleks. Dari anak-anak hingga orang dewasa akan mendapat dampak darinya. Berbagai penyakit akan menjadi semakin parah jika yang bersangkutan ternyata juga menderita anemia.
Keberadaan anemia ditengah masyarakat juga tidak tanggung-tanggung, dapat menyerang beberapa kelompok resiko yang memiliki populasi cukup besar dan sangat cukup untuk dijadikan alasan sebagai fokus perhatian dalam pembangunan kesehatan.
Siapakah orang-orang yang berpotensi terkena anemia? Berikut ini beberapa kelompok orang yang beresiko terserang anemia:
Ibu hamil memiliki kebutuhan gizi yang meningkat dibanding sebelumnya. Kebutuhan tersebut harus diimbangi dengan asupan gizi yang maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Jika tidak, maka resiko anemia akan bersamanya. Terlebih bagi ibu yang menderita hyperemesis akan semakin meningkatkan resiko anemia.
Di lingkungan masyarakat pastinya kita akan menemukan keberadaan ibu hamil. Baik lingkungan perkotaan maupun perdesaan. Dengan keberadaan tersebut, tentunya kita pasti akan selalu harus waspada dengan kejadian anemia yang akan menimpa mereka.
Remaja putri merupakan kelompok remaja yang rentan terhadap anemia, karena pada umur tersebut merupakan umur aktif menstruasi dan mengeluarkan banyak darah setiap bulannya. Jika tidak diseimbangkan dengan asupan gizi yang baik maka akan menimbulkan anemia.
Populasi remaja putri memiliki jumlah yang cukup banyak, di daerah manapun kita berada pasti akan menemukan keberadaan mereka. Dengan jumlah tersebut rasanya cukup untuk menjadi alasan agar kita fokus menangani masalah anemia.
Selengkapnya tentang anemia pada remaja dapat anda baca pada tulisan kami sebelumnya tentan "Anemia Pada Remaja dan Cara Mengatasinya"
Status gizi kurang di negara-negara berkembang seperti Indonesia masih cukup banyak. Sejalan dengah hal tersebut tentunya menjadikan resiko terjadinya anemia pun semakin banyak.
Menyediakan makanan bergizi tentunya membutuhkan biaya. Bagaimana dengan orang dengan ekonomi lemah? Kebutuhan tersebut tentunya tidak akan sepenuhnya terpenuhi. Apalagi jika dibarengi dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang gizi dan bagaimana cara memperolehnya dengan cara yang sederhana. Tentunya akan semakin menambah resiko kejadian anemia pada golongan ekonomi lemah. Sudah banyak penelitian yang membuktikan keterkaitan antara tingkat ekonomi dengan kejadian anemia.
Kita dapat menghitung sendiri dari data baku yang disediakan tentang jumlah ekonomi lemah yang ada di Indonesia, masih cukup banyak. Banyak penyedia data yang menjadi informasi tentang jumlah KK dengan ekonomi lemah. Sehingga dengan data tersebut maka jumlah orang dengan resiko anemia pun semakin bertambah.
Penyakit kronik menimbulkan perubahan pada fungsi tubuh, khususnya pada pembentukan sel darah merah. Inflamasi berkepanjang mengakibatkan umur sel darah merah menjadi pendek, namun di saat yang bersamaan terjadi defisiensi zat besi karena sel darah merah tidak dapat diserap dengan sempurna. Ditambah lagi adanya hambatan proses daur ulang sel darah merah.
Banyak penyakit dengan infeksi kronik yang terjadi seperti kanker, tuberkulosis, sifilis, dan masih banyak lagi. Dengan adanya penyakit-penyakit tersebut maka resiko kejadian anemia pun semakin bertambah. Walaupun sebenarnya metode penyelesaian masalah berbeda dengan beberapa resiko anemia lainnya.
Dari kelima faktor resiko yang kami sebutkan diatas, dapat dibayangkan berapa banyak, siapa dan dimana orang-orang yang memiliki kecenderungan terkena anemia. Boleh jadi mereka ada disekitar kita, bahkan bisa saja mereka adalah keluarga kita. Bagaimana mungkin kita tidak berupaya untuk mengenali anemia itu jika ternyata keluarga kita adalah orang yang mungkin akan mengalaminya.
Sebagai bahan bacaan, kami juga membuat ulasan "Sekilas tentang Anemia" dan "Tanda dan Penyebab Anemia Pada Anak Serta Cara Mengatasinya".
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia. Diperkirakan >30% penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di daerah tropis. Oleh karena itu anemia seringkali tidak mendapat perhatian oleh para dokter di klinik.
Dikalangan masyarakat pun masalah anemia sering terabaikan dan bahkan tidak dilihat sebagai masalah serius. Padahal, jika ditelusuri dampak dari anemia ternyata memberikan masalah yang kompleks. Dari anak-anak hingga orang dewasa akan mendapat dampak darinya. Berbagai penyakit akan menjadi semakin parah jika yang bersangkutan ternyata juga menderita anemia.
Keberadaan anemia ditengah masyarakat juga tidak tanggung-tanggung, dapat menyerang beberapa kelompok resiko yang memiliki populasi cukup besar dan sangat cukup untuk dijadikan alasan sebagai fokus perhatian dalam pembangunan kesehatan.
Anemia Pada Remaja Putri |
Siapakah orang-orang yang berpotensi terkena anemia? Berikut ini beberapa kelompok orang yang beresiko terserang anemia:
Ibu Hamil
Ibu hamil memiliki kebutuhan gizi yang meningkat dibanding sebelumnya. Kebutuhan tersebut harus diimbangi dengan asupan gizi yang maksimal sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Jika tidak, maka resiko anemia akan bersamanya. Terlebih bagi ibu yang menderita hyperemesis akan semakin meningkatkan resiko anemia.
Di lingkungan masyarakat pastinya kita akan menemukan keberadaan ibu hamil. Baik lingkungan perkotaan maupun perdesaan. Dengan keberadaan tersebut, tentunya kita pasti akan selalu harus waspada dengan kejadian anemia yang akan menimpa mereka.
Remaja Putrai
Remaja putri merupakan kelompok remaja yang rentan terhadap anemia, karena pada umur tersebut merupakan umur aktif menstruasi dan mengeluarkan banyak darah setiap bulannya. Jika tidak diseimbangkan dengan asupan gizi yang baik maka akan menimbulkan anemia.
Populasi remaja putri memiliki jumlah yang cukup banyak, di daerah manapun kita berada pasti akan menemukan keberadaan mereka. Dengan jumlah tersebut rasanya cukup untuk menjadi alasan agar kita fokus menangani masalah anemia.
Selengkapnya tentang anemia pada remaja dapat anda baca pada tulisan kami sebelumnya tentan "Anemia Pada Remaja dan Cara Mengatasinya"
Status Gizi Kurang
Untuk menghasilkan sel darah merah yang dibutuhkan oleh tubuh maka dibutuhkan gizi yang cukup. Status gizi kurang tentunya akan menghambat pembentukan sel darah merah dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya anemia pada seseorang.Status gizi kurang di negara-negara berkembang seperti Indonesia masih cukup banyak. Sejalan dengah hal tersebut tentunya menjadikan resiko terjadinya anemia pun semakin banyak.
Ekonomi Lemah
Menyediakan makanan bergizi tentunya membutuhkan biaya. Bagaimana dengan orang dengan ekonomi lemah? Kebutuhan tersebut tentunya tidak akan sepenuhnya terpenuhi. Apalagi jika dibarengi dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang gizi dan bagaimana cara memperolehnya dengan cara yang sederhana. Tentunya akan semakin menambah resiko kejadian anemia pada golongan ekonomi lemah. Sudah banyak penelitian yang membuktikan keterkaitan antara tingkat ekonomi dengan kejadian anemia.
Kita dapat menghitung sendiri dari data baku yang disediakan tentang jumlah ekonomi lemah yang ada di Indonesia, masih cukup banyak. Banyak penyedia data yang menjadi informasi tentang jumlah KK dengan ekonomi lemah. Sehingga dengan data tersebut maka jumlah orang dengan resiko anemia pun semakin bertambah.
Infeksi Kronik
Penyakit kronik menimbulkan perubahan pada fungsi tubuh, khususnya pada pembentukan sel darah merah. Inflamasi berkepanjang mengakibatkan umur sel darah merah menjadi pendek, namun di saat yang bersamaan terjadi defisiensi zat besi karena sel darah merah tidak dapat diserap dengan sempurna. Ditambah lagi adanya hambatan proses daur ulang sel darah merah.
Banyak penyakit dengan infeksi kronik yang terjadi seperti kanker, tuberkulosis, sifilis, dan masih banyak lagi. Dengan adanya penyakit-penyakit tersebut maka resiko kejadian anemia pun semakin bertambah. Walaupun sebenarnya metode penyelesaian masalah berbeda dengan beberapa resiko anemia lainnya.
Dari kelima faktor resiko yang kami sebutkan diatas, dapat dibayangkan berapa banyak, siapa dan dimana orang-orang yang memiliki kecenderungan terkena anemia. Boleh jadi mereka ada disekitar kita, bahkan bisa saja mereka adalah keluarga kita. Bagaimana mungkin kita tidak berupaya untuk mengenali anemia itu jika ternyata keluarga kita adalah orang yang mungkin akan mengalaminya.
Sebagai bahan bacaan, kami juga membuat ulasan "Sekilas tentang Anemia" dan "Tanda dan Penyebab Anemia Pada Anak Serta Cara Mengatasinya".